Kata Baku Cedera atau Cidera Mana yang Benar?

Kata Baku Cedera atau Cidera
Kata Baku Cedera atau Cidera

KakaKiky - Kamu sedang menulis laporan kesehatan, artikel olahraga, atau hanya ingin mengirim pesan teks kepada temanmu yang baru saja jatuh? Pasti kamu pernah bingung memilih: lebih tepat menggunakan kata cedera atau cidera? Kebingungan ini sangat wajar karena di media massa, buku, hingga percakapan sehari-hari, kedua bentuk kata ini sering digunakan tanpa disadari perbedaannya. Lalu, manakah penulisan yang benar dan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia?

{getToc} $title={Daftar Isi}

Jawabannya akan saya berikan langsung: Kata baku yang diakui oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan kaidah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) adalah ‘cedera’, dengan huruf ‘e’ di suku kata pertama. Kata cidera adalah bentuk nonbaku. Pada postingan ini saya akan membahas tuntas mengapa hanya cedera yang benar, apa artinya, dan bagaimana kamu bisa konsisten menggunakannya dalam tulisanmu.

Cedera atau Cidera: Apa Kata KBBI?

Sebagai pedoman utama dalam bahasa Indonesia, KBBI menjadi acuan tunggal untuk menentukan kebakuan sebuah kata. Dalam KBBI, hanya kata cedera yang terdaftar sebagai entri utama. Kata cedera memiliki arti yang jelas dan mendalam:

  • Arti 1: Perihal luka atau cacat (terutama karena berkelahi, kecelakaan, dsb.). Kata ini yang paling sering kita maksud ketika membicarakan luka fisik, seperti "pemain itu mengalami cedera lutut parah."
  • Arti 2 (Arkais): Merusak (tentang janji); melanggar (tentang perjanjian atau sumpah). Bentuk ini kurang populer, namun tetap merupakan makna baku dari kata cedera.

Sedangkan kata cidera (c-i-d-e-r-a) tidak terdaftar sebagai entri baku, melainkan seringkali dimasukkan sebagai bentuk yang keliru atau tidak standar (nonbaku). Dengan demikian, jika kamu ingin menunjukkan kondisi luka atau cacat dalam tulisan yang formal dan profesional, kata cedera adalah satu-satunya pilihan yang benar.

Penyebab Kebingungan: Mengapa Cidera Begitu Populer?

Jika kata baku hanya cedera, lantas mengapa kata cidera begitu sering muncul? Ada dua alasan utama yang melatarbelakangi kekeliruan ini, yaitu pengaruh pelafalan vokal dan analogi dari kata-kata serapan lain.

Fenomena Vokalisasi 'E' Menjadi 'I'

Dalam bahasa Indonesia lisan, terutama di beberapa dialek, sering terjadi perubahan bunyi vokal 'e' menjadi 'i' saat pelafalan cepat. Hal ini terjadi karena penutur cenderung melafalkan vokal yang berdekatan dengan konsonan tertentu secara lebih tertutup.

Contohnya bukan hanya pada kata cedera. Ada banyak kata baku lain yang mengalami fenomena serupa saat diucapkan secara nonformal, seperti:

  • Benar sering diucapkan menjadi biner.
  • Tentu sering diucapkan menjadi tintu.

Cedera menjadi cidera adalah salah satu manifestasi dari kebiasaan pelafalan yang kemudian terbawa ke dalam penulisan. Penulisan cidera adalah murni kesalahan ejaan yang disebabkan oleh fonologi nonstandar.

Analogi dengan Kata Serapan Mirip

Beberapa orang mungkin secara tidak sadar menganalogikan kata cedera dengan kata serapan lain yang menggunakan vokal 'i', seperti cinta atau citra. Karena kemiripan bunyi atau bentuk kata, mereka berasumsi bahwa vokal yang tepat adalah 'i'. Namun, etimologi kata cedera dalam Bahasa Indonesia tidak mendukung penulisan dengan 'i'. Kata cedera diserap dari bahasa Sansekerta chedra yang sudah mengalami penyesuaian vokal menjadi 'e' saat diserap ke dalam bahasa Melayu kuno.

Penggunaan Kata Cedera yang Tepat dalam Konteks Kalimat

Setelah mengetahui bahwa cedera adalah satu-satunya bentuk baku, kamu perlu tahu bagaimana menggunakannya dalam kalimat agar tulisanmu terdengar profesional.

Penggunaan sebagai Kata Dasar (Cedera)

Cedera dapat digunakan sebagai kata benda (luka/cacat) atau kata sifat (rusak/cacat).

  • Contoh 1 (Luka): "Beruntung, ia hanya mengalami cedera ringan di bagian kepala."
  • Contoh 2 (Melanggar Janji): "Panglima itu khawatir pasukannya akan cedera janji jika tidak segera bertindak."

Penggunaan dalam Bentuk Turunan (Mencederai)

Kata cedera juga memiliki bentuk turunan yang baku, yaitu:

  • Mencederai: Berarti melukai atau membuat cacat. Contoh: "Tindakan keras itu justru mencederai prinsip demokrasi."
  • Kecederaan: Berarti perihal cedera atau kerusakan. Contoh: "Kecederaan yang dialaminya membutuhkan waktu pemulihan lama."

Perhatikan, seluruh bentuk turunan ini juga menggunakan vokal 'e' (cedera), bukan 'i' (cidera). Tidak ada bentuk menciderai atau kecideraan dalam bahasa baku.

Dampak Kesalahan Penulisan Cidera pada Konten Edukasi

Sebagai penulis yang bertujuan memberikan edukasi berkualitas, konsistensi dalam penggunaan kata baku sangat penting. Ketika kamu menulis artikel kesehatan atau olahraga, menggunakan kata cidera bukannya cedera dapat menurunkan kredibilitas tulisanmu.

Pembaca yang teliti dan akademisi akan segera menyadari kesalahan ejaan tersebut, yang dapat membuat mereka meragukan validitas keseluruhan informasi yang kamu sampaikan. Jika tujuanmu adalah menarik traffic organik yang berbobot, kamu harus menunjukkan otoritas, dan salah satu cara termudah untuk melakukannya adalah dengan mematuhi kaidah bahasa baku, yakni menggunakan cedera secara konsisten.

Kesimpulan: Cedera Adalah Bentuk Baku yang Wajib Digunakan

Intinya, jika kamu ingin menulis secara benar dan baku, penulisan yang tepat adalah "Cedera", dengan huruf ‘e’ di suku kata pertama. Kata "Cidera" adalah bentuk nonbaku yang muncul akibat pelafalan cepat dalam bahasa lisan.

Sebagai penulis konten, kamu memiliki tanggung jawab untuk menyajikan informasi yang tidak hanya akurat secara fakta tetapi juga akurat secara bahasa. Mulai sekarang, pastikan kamu menggunakan kata cedera di setiap laporan, artikel, dan dokumen formal yang kamu buat.

Nah sobat, sekarang kamu sudah tahu kan kalau penulisan yang benar itu adalah Cedera bukan Cidera. Jangan lupa untuk share postingan ini ke teman-teman kamu agar mereka juga tidak ikutan salah dalam menuliskan kata. Cukup sekian, Wassalamu’alaikum and Be Prepared!