3 Workflow Sales Automation yang Bisa Meningkatkan Closing Rate
KakaKiky - Dalam proses penjualan, konsistensi dapat menentukan keberhasilan. Menghabiskan waktu berlama-lama untuk tugas manual, seringkali memakan waktu dan menghambat adanya konsistensi tersebut.
{getToc} $title={Daftar Isi}
Workflow sales automation, salah satu
solusi yang mungkin sudah tidak asing didengar. Alat ini memungkinkan proses
manual yang sering dikerjakan tim sales dapat diselesaikan secara otomatis.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lima workflow dalam otomatisasi penjualan
yang dapat meningkatkan closing rate.
Mengapa Workflow Sales Automation Penting untuk Bisnis?
Proses penjualan saat ini dituntut untuk
bergerak dengan cepat, dan berbasis data. Pelanggan bahkan tidak bisa menunggu
dalam hitungan menit, mereka menginginkan komunikasi instan yang personal dan
relevan.
Di sisi lain, hal ini tentu akan
memberatkan tim sales jika dilakukan secara manual. Selain menghadapi
pelanggan, mereka juga perlu menyelesaikan aktivitas operasional lain, seperti
menyaring leads, atau memilah prospek yang paling potensial.
Akan berbeda jika bisnis menggunakan workflow automation pada penjualan, sistem akan mengambil alih proses-proses
penjualan yang berulang. Dengan sales automation, aktivitas administratif
operasional dapat dijalankan secara otomatis dan akurat.
Efisiensi dan efektivitas dalam penjualan modern
Seringkali kita menemukan dua hal yang
kerap disalahartikan, yaitu efektivitas dan efisiensi. Bedanya, efisiensi lebih
fokus pada bagaimana aktivitas dilakukan, sedangkan efektivitas merujuk pada
hasil dari upaya yang dilakukan. Sehingga, keduanya membutuhkan pengukuran yang
berbeda.
Jika bisnis membutuhkan keduanya,
maka workflow sales automation harus sudah mulai dipertimbangkan.
Sehingga tim dapat membuat alur yang dapat bekerja untuk mempercepat balasan
email, membuat template pesan, atau menetapkan pengingat pribadi.
Upaya tersebut tidak hanya meningkatkan
efisiensi, tetapi juga efektivitas. Misalnya, email nurturing yang
dikirim secara otomatis berdasarkan perilaku prospek akan jauh lebih relevan
dan tepat waktu. Sehingga memungkinkan prospek untuk segera mengambil tindakan
selanjutnya.
Peran sales automation dalam meningkatkan fokus tim
Distribusi waktu yang tidak optimal
dapat menjadi tantangan terbesar tim sales. Namun, jika bisnis
menggunakan workflow ke dalam otomatisasi penjualan, tim sales
dapat lebih fokus dalam membangun relasi dengan prospek bernilai tinggi.
Otomatisasi akan menciptakan ruang kerja yang strategis dan produktif.
Singkatnya, sales
automation mendukung tim sales untuk:
- mengurangi beban kerja manual,
- memastikan sales pipeline berjalan dengan konsisten,
- memberikan notifikasi kepada tim sales ketika ada prospek yang perlu di follow-up,
- menyajikan data prospek yang siap pakai tanpa perlu menyaringnya secara manual,
- meminimalisasi multitasking yang mengganggu.
Workflow #1 – Lead Qualification Otomatis Berdasarkan Data Perilaku
Tim sales sedang identifikasi prospek berkualitas
Lead qualification otomatis memungkinkan tim sales
mengidentifikasi prospek berkualitas tinggi secara real-time berdasarkan data
perilaku. Data yang diambil bisa berupa, interaksi pelanggan melalui email,
kunjungan halaman produk, hingga aktivitas di media sosial (like, comment,
atau bagikan). Sehingga, tim sales hanya akan melihat data prospek yang sudah
memenuhi kriteria ideal untuk segera ditindaklanjuti.
Proses kualifikasi ini dapat dilakukan
dengan dua pendekatan, tentunya dengan alat bantu. Pertama adalah lead
scoring, yaitu proses memberi nilai pada prospek berdasarkan karakteristik,
maupun perilaku. Misalnya, ketika prospek melakukan serangkaian tindakan secara
berturut-turut, seperti membuka email, mengklik CTA, mengunjungi halaman
produk, maka prospek tersebut akan mendapatkan skor yang tinggi dan masuk ke
dalam kategori potensial.
Pendekatan kedua adalah
menggunakan machine learning, alat ini akan menganalisa data
historis dan memprediksi kemungkinan konversi dari setiap lead. Alat tidak
hanya akan mengandalkan skor, tetapi juga mengidentifikasi pola perilaku dan
menyarankan prioritas tindak lanjut.
Dengan adanya workflow sales
automation dalam proses lead qualification, waktu respons dapat dipercepat
secara signifikan karena lead dengan skor tinggi langsung ditandai dan akan
segera ditangani oleh tim sales. Selain itu, karena dapat menangkap momen saat
minat prospek sedang tinggi, tim sales dapat meningkatkan peluang untuk closing.
Workflow #2 – Email Nurturing Otomatis Berdasarkan Segmentasi
Email nurturing dengan isi pesan yang
umum dan dikirim secara massal sering kali gagal menarik perhatian.
Bisnis dapat merasakan hasil yang berbeda jika membentuk sebuah segmentasi
pelanggan. Upaya ini merupakan proses mengelompokkan prospek berdasarkan
perilaku, minat, tahapan funnel, atau karakteristik demografis tertentu, lalu
mengotomatisasi alur komunikasi yang relevan untuk masing-masing segmen.
Memastikan bahwa setiap email terasa
relevan dengan konteks dan kebutuhan prospek saat ini adalah kunci dari
personalisasi email nurturing. Workflow sales
automation memungkinkan personalisasi ini dilakukan secara sistematis,
sekalipun dilakukan secara massal.
Prinsipnya dimulai dari cara
menyusun email sequence yang personal dan berdampak, dimana
bisnis perlu memikirkan satu tujuan utama sebelum mengirimkan email. Kemudian,
bangun sequence berdasarkan tahapan funnel atau perilaku
tertentu sebagai bagian dari proses segmentasi. Terakhir, gunakan placeholder agar
pesan terasa lebih personal tanpa menulisnya secara manual.
Dari workflow email sequence tersebut,
perlu diingat bahwa bisnis perlu memantau beberapa matriks untuk melihat
efektivitasnya terhadap proses operasional. Ada tiga metrik utama yang perlu
digunakan sebagai indikator keberhasilan dalam email marketing, yaitu: open
rate, click-through rate (CTR), dan engagement rate.
Workflow #3 – Otomatisasi Penjadwalan Demo atau Konsultasi
Dalam ritme kerja sales yang cepat,
tidak jarang tim melewatkan tindak lanjut hanya karena beban kerja tinggi atau
sistem pencatatan yang tidak terintegrasi. Workflow sales automation dapat
mengatasi hal tersebut.
Sistem akan secara otomatis memicu
notifikasi, tugas, atau bahkan email follow-up yang sudah dijadwalkan
berdasarkan interaksi terakhir prospek. Sehingga tidak ada momen penting yang
terlewat.
Workflow otomatisasi penjadwalan ini
dapat dilakukan dengan skenario berikut, ketika prospek membuka proposal tapi
tidak merespons dalam 2 hari, sistem mengirim notifikasi follow-up ke sales
rep. Bisa juga ketika demo sudah dijadwalkan tetapi prospek tidak hadir, sistem
otomatis menjadwalkan email re-invite. Dengan demikian, tim sales
dapat bekerja lebih proaktif dan sistematis.
Otomatisasi Workflow untuk Penjualan yang Lebih Cerdas
Di era penjualan modern yang serba cepat
dan berbasis data, workflow sales automation menjadi kebutuhan strategis.
Ketiga alur kerja yang telah dibahas menunjukkan bagaimana automasi mampu
mengatasi hambatan-hambatan utama dalam proses penjualan.
Dengan menerapkan workflow automation
secara strategis, proses penjualan tidak hanya menjadi lebih efisien, tetapi
juga lebih cerdas, responsif, dan scalable. Upaya ini juga dapat
memberikan tim sales keunggulan untuk menjadi yang terdepan di pasar yang
kompetitif.