Kata Baku Autentik atau Otentik Mana yang Benar?

Kata Baku Autentik atau Otentik
Kata Baku Autentik atau Otentik

KakaKiky - Di era digital saat ini, kata autentik dan otentik sering muncul, terutama saat membicarakan keaslian produk, dokumen, atau bahkan pengalaman. Namun, perbedaan ejaan di antara keduanya sering kali membuat kita bingung. Lantas, dari kedua penulisan ini, mana yang benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku?

{getToc} $title={Daftar Isi}

Jawaban singkatnya adalah: autentik. Ya, kata yang baku dan tercatat resmi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah autentik.

Meskipun dalam percakapan sehari-hari dan penulisan informal kata "otentik" mungkin sering digunakan, penulisan yang tepat menurut aturan kebahasaan, seperti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), tetaplah autentik. Memahami hal ini penting untuk menunjukkan penguasaanmu terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kenapa "Autentik" Adalah Kata Baku?

seorang ahli sedang mengidentifikasi barang autentik
Seorang ahli sedang mengidentifikasi barang autentik

Penentuan kata baku dalam bahasa Indonesia didasarkan pada aturan yang sudah ditetapkan, terutama yang berkaitan dengan penyerapan kata dari bahasa asing. Dalam kasus ini, kata autentik berasal dari bahasa Inggris authentic.

Menurut kaidah penyerapan kata asing, gabungan huruf au yang dalam bahasa Inggris menghasilkan bunyi /ɔː/ (bunyi yang tidak ada dalam bahasa Indonesia) biasanya diserap menjadi gabungan huruf au juga. Kaidah ini berlaku untuk banyak kata lain, bukan hanya autentik.

Beberapa contoh lain penyerapan kata dengan gabungan "au":

  • audiovisualaudiovisual (bukan odiovisual)
  • autographautograf (bukan otograf)
  • automobileotomobil (meskipun ada varian yang diserap menjadi "otonom")

Jadi, kata baku autentik adalah hasil dari proses penyerapan yang sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Jika kita mencari kata otentik di KBBI, hasilnya akan mengarahkan kita ke entri autentik, yang menandakan bahwa kata tersebut tidak baku.

Autentik atau Otentik: Perbedaan Penggunaan dalam Kalimat

Meskipun secara aturan hanya "autentik" yang benar, kenyataannya kata "otentik" tetap bertebaran, terutama di ranah digital dan percakapan nonformal. Memahami perbedaan penggunaannya bisa membantu kamu memilih konteks yang tepat.

Penggunaan Autentik dalam Kalimat (Formal dan Informal)

Sebagai kata baku, penggunaan autentik dalam kalimat sangat fleksibel. Kata ini bisa dipakai dalam tulisan formal, semi-formal, maupun informal.

Contoh Kalimat Formal/Semi-formal:

  • Dokumen ini terbukti autentik setelah melalui pemeriksaan forensik.
  • Resep masakan ini memiliki rasa yang sangat autentik dari daerah asalnya.
  • Bukti-bukti yang diajukan dianggap autentik dan valid.

Contoh Kalimat Informal/Sehari-hari:

  • "Kopi ini rasanya autentik banget, beda dari yang lain."
  • “Cerita yang dia sampaikan benar-benar autentik dan menyentuh.”

Penggunaan Otentik dalam Kalimat (Nonformal)

Sebaliknya, penggunaan otentik dalam kalimat hanya cocok untuk konteks yang sangat santai atau dalam tulisan yang tidak mementingkan kaidah kebahasaan, misalnya di media sosial atau forum diskusi nonakademik. Menggunakan kata ini dalam tulisan resmi, laporan, atau artikel ilmiah akan dianggap tidak profesional.

Contoh Kalimat Nonformal:

  • "Wah, otentik banget rasanya, persis kayak buatan ibu."
  • "Lukisan ini punya nilai otentik yang tinggi."

Penting untuk diingat, penulisan otentik lebih sering dipengaruhi oleh kebiasaan dan cara pengucapan. Karena lafal "au" di awal kata serapan seringkali tidak jelas, banyak orang lebih mudah mengucapkannya seperti "o", sehingga memicu penulisan "otentik".

Aturan Penulisan "Autentik" Sesuai PUEBI dan KBBI

Sebagai panduan ejaan, PUEBI menegaskan bahwa penulisan kata serapan harus disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Dalam hal ini, aturan penulisan autentik sudah sesuai. Kata ini terdiri dari suku kata "au-ten-tik," bukan "o-ten-tik."

Mematuhi aturan ini adalah bagian dari upaya kita untuk melestarikan dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulisan yang salah tidak hanya mengurangi kredibilitas tulisanmu, tetapi juga bisa menimbulkan kebingungan.

Tips untuk Mengingat dan Membiasakan Penulisan “Autentik”

Mengubah kebiasaan menulis dari "otentik" menjadi "autentik" mungkin butuh waktu. Namun, ada beberapa cara sederhana yang bisa kamu lakukan:

  • Ingat Aturan Penyerapan: Kaitkan kata ini dengan kata lain yang juga menggunakan aturan yang sama, seperti "audiovisual" dan "automobil". Ini akan membantumu mengingat bahwa "au" di awal kata serapan biasanya tetap dipertahankan.
  • Manfaatkan KBBI Daring: Setiap kali ragu, langsung cek di KBBI daring. Fitur ini sangat membantu dan cepat.
  • Latihan Menulis: Cobalah menulis beberapa kalimat dengan menggunakan kata "autentik" secara sadar. Latihan ini akan membuat otakmu terbiasa dengan ejaan yang benar.

Membiasakan diri dengan penulisan yang benar tidak hanya membuat tulisanmu terlihat lebih profesional, tetapi juga menunjukkan penghargaan terhadap bahasa nasional kita.

Pertanyaan Umum Seputar "Autentik" dan "Otentik" (FAQ)

1. Apakah penggunaan otentik di media sosial dan chat salah?

Tidak sepenuhnya salah, tapi tidak baku. Penggunaan otentik di media sosial atau chat adalah hal yang lumrah dan bisa diterima karena konteksnya yang nonformal. Namun, untuk tulisan yang lebih serius, seperti esai atau artikel blog, sebaiknya gunakan autentik.

2. Kenapa banyak orang masih menggunakan otentik?

Banyak orang masih menggunakan otentik karena pengaruh kebiasaan dan cara pengucapan yang sering kali menyederhanakan bunyi 'au' menjadi 'o'. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan aturan penulisan baku.

3. Apakah otentisitas juga tidak baku?

Ya, benar. Sama seperti kata dasarnya, kata turunannya pun harus mengikuti kaidah yang sama. Maka, kata baku yang benar adalah autentisitas, bukan otentisitas. Kata ini merujuk pada keaslian.

Kesimpulan

Pada akhirnya, dari perdebatan autentik atau otentik, jawaban yang tepat adalah autentik. Kata ini adalah satu-satunya ejaan yang diakui sebagai kata baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan sesuai dengan aturan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Memahami aturan penyerapan kata asing adalah kunci untuk menguasai bahasa Indonesia dengan lebih baik. Meskipun bahasa terus berkembang, terutama di era digital, menggunakan kata-kata baku tetaplah penting, khususnya dalam komunikasi tertulis yang profesional dan formal. Jadi, mulai sekarang, biasakanlah untuk menulis autentik sebagai bentuk penguasaanmu terhadap bahasa nasional.