Kata Baku Balig atau Baligh Mana yang Benar?

Kata Baku Balig atau Baligh Mana yang Benar
Kata Baku Balig atau Baligh

KakaKiky - Pernahkah kamu bingung saat mendengar atau membaca kata balig dan baligh? Keduanya merujuk pada kondisi seseorang yang sudah mencapai kedewasaan secara fisik dan mental. Namun, penulisan yang berbeda seringkali memicu pertanyaan: mana sih yang sebenarnya benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia?

{getToc} $title={Daftar Isi}

Jawaban singkatnya adalah: balig. Kata yang baku dan tercatat resmi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah balig.

Meskipun dalam percakapan sehari-hari dan penulisan informal kata "baligh" mungkin sering terdengar atau digunakan, penulisan yang tepat menurut aturan kebahasaan, seperti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), tetaplah balig. Memahami hal ini penting untuk menunjukkan penguasaanmu terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kenapa "Balig" Adalah Kata Baku?

Penentuan kata baku dalam bahasa Indonesia didasarkan pada aturan yang sudah ditetapkan, terutama yang berkaitan dengan penyerapan kata dari bahasa asing. Dalam kasus ini, kata balig berasal dari bahasa Arab, bāligh (بالغ).

Menurut kaidah penyerapan kata dari bahasa Arab, bunyi konsonan Arab seringkali disesuaikan dengan ejaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Dalam kata bāligh, huruf Arab "gh" yang berbunyi seperti /ɣ/ diserap menjadi "g" dalam bahasa Indonesia. Aturan ini berlaku untuk banyak kata lain, bukan hanya balig.

Beberapa contoh lain penyerapan kata dari bahasa Arab:

  • ghaibgaib (bukan ghaib)
  • maghribmagrib (bukan maghrib)
  • ghairahgairah (bukan ghairah)

Jadi, kata baku balig adalah hasil dari proses penyerapan yang sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Jika kita mencari kata baligh di KBBI, hasilnya akan mengarahkan kita ke entri balig, yang menandakan bahwa kata tersebut tidak baku.

Balig atau Baligh: Perbedaan Penggunaan dalam Kalimat

Meskipun secara aturan hanya "balig" yang benar, kenyataannya kata "baligh" tetap bertebaran, terutama di ranah digital dan percakapan nonformal. Memahami perbedaan penggunaannya bisa membantu kamu memilih konteks yang tepat.

Penggunaan Balig dalam Kalimat (Formal dan Informal)

Sebagai kata baku, penggunaan balig dalam kalimat sangat fleksibel. Kata ini bisa dipakai dalam tulisan formal, semi-formal, maupun informal.

Contoh Kalimat Formal/Semi-formal:

  • Kewajiban salat sudah berlaku bagi anak-anak yang telah balig.
  • Para remaja yang sudah balig harus menjaga perilaku dan tutur kata.
  • Seorang individu yang sudah balig dianggap bertanggung jawab penuh atas tindakannya.

Contoh Kalimat Informal/Sehari-hari:

  • "Anakku yang sulung udah balig, tingginya udah ngalahin aku."
  • “Wah, dia udah balig ya, suaranya udah beda.”

Penggunaan Baligh dalam Kalimat (Nonformal)

Sebaliknya, penggunaan baligh dalam kalimat hanya cocok untuk konteks yang sangat santai atau dalam tulisan yang tidak mementingkan kaidah kebahasaan, misalnya di media sosial atau forum diskusi nonakademik. Menggunakan kata ini dalam tulisan resmi, laporan, atau artikel ilmiah akan dianggap tidak profesional.

Contoh Kalimat Nonformal:

  • "Aku udah baligh nih, waktunya mulai belajar lebih serius."
  • "Kapan sih kita dianggap baligh?"

Penting untuk diingat, penulisan baligh lebih sering dipengaruhi oleh kebiasaan dan latar belakang pendidikan yang terpapar bahasa Arab. Bagi sebagian orang, ejaan "gh" terlihat lebih akrab karena sering menemukannya dalam teks-teks berbahasa Arab, sehingga memicu penulisan "baligh".

Aturan Penulisan "Balig" Sesuai PUEBI dan KBBI

Sebagai panduan ejaan, PUEBI menegaskan bahwa penulisan kata serapan harus disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Dalam hal ini, aturan penulisan balig sudah sesuai. Kata ini terdiri dari suku kata "ba-lig," bukan "ba-ligh."

Mematuhi aturan ini adalah bagian dari upaya kita untuk melestarikan dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulisan yang salah tidak hanya mengurangi kredibilitas tulisanmu, tetapi juga bisa menimbulkan kebingungan.

Tips untuk Mengingat dan Membiasakan Penulisan “Balig”

Mengubah kebiasaan menulis dari "baligh" menjadi "balig" mungkin butuh waktu. Namun, ada beberapa cara sederhana yang bisa kamu lakukan:

  • Ingat Pasangan Kata: Pasangkan kata "balig" dengan kata-kata lain yang memiliki pola penyerapan yang sama, seperti "gaib" dan "magrib".
  • Manfaatkan KBBI Daring: Setiap kali ragu, langsung cek di KBBI daring. Fitur ini sangat membantu dan cepat.
  • Latihan Menulis: Cobalah menulis beberapa kalimat dengan menggunakan kata "balig" secara sadar. Latihan ini akan membuat otakmu terbiasa dengan ejaan yang benar.

Membiasakan diri dengan penulisan yang benar tidak hanya membuat tulisanmu terlihat lebih profesional, tetapi juga menunjukkan penghargaan terhadap bahasa nasional kita.

Pertanyaan Umum Seputar "Balig" dan "Baligh" (FAQ)

1. Apakah penggunaan baligh di media sosial dan chat salah?

Tidak sepenuhnya salah, tapi tidak baku. Penggunaan baligh di media sosial atau chat adalah hal yang lumrah dan bisa diterima karena konteksnya yang nonformal. Namun, untuk tulisan yang lebih serius, seperti esai atau artikel blog, sebaiknya gunakan balig.

2. Kenapa banyak orang masih menggunakan baligh?

Banyak orang masih menggunakan baligh karena pengaruh kebiasaan dan pengucapan aslinya dalam bahasa Arab (bāligh). Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan aturan penulisan baku.

3. Apakah kata turunan dari balig juga tidak menggunakan gh?

Ya, benar. Kata turunan dari balig tetap menggunakan g, misalnya kebaligan. Ini menunjukkan konsistensi dalam penulisan kata baku.

Kesimpulan

Pada akhirnya, dari perdebatan balig atau baligh, jawaban yang tepat adalah balig. Kata ini adalah satu-satunya ejaan yang diakui sebagai kata baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan sesuai dengan aturan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Memahami aturan penyerapan kata asing adalah kunci untuk menguasai bahasa Indonesia dengan lebih baik. Meskipun bahasa terus berkembang, terutama di era digital, menggunakan kata-kata baku tetaplah penting, khususnya dalam komunikasi tertulis yang profesional dan formal. Jadi, mulai sekarang, biasakanlah untuk menulis balig sebagai bentuk penguasaanmu terhadap bahasa nasional.