Sering Merasa Cemas Malah Jadi GERD, Kok Bisa? Ketahui Faktor Medis dan Psikologisnya
Benarkah rasa cemas bisa picu GERD? |
KakaKiky - Penyakit asam lambung, atau sekarang lebih sering dikenal sebagai kondisi GERD (gastroesophageal reflux disease), adalah kondisi ketika cairan asam dari lambung naik kembali ke kerongkongan (esofagus). Asam lambung ini sering disebabkan oleh beberapa faktor medis yang dapat meningkatkan kadar asam di dalam lambung, seperti makanan pemicu atau kondisi medis lain yang mendasari. Namun, tahukah Anda bahwa selain faktor medis, ada juga faktor psikologis, seperti rasa cemas (anxiety), yang bisa memicu munculnya GERD?
{getToc} $title={Daftar Isi}
Diketahui bahwa rasa cemas atau
kegelisahan yang berlebihan pada seseorang dapat berpengaruh terhadap fisik
mereka, yang akhirnya bisa berakibat pada munculnya berbagai gangguan
kesehatan, termasuk GERD. Di sisi lain, GERD nampaknya juga bisa berkontribusi
pada meningkatnya rasa cemas pada penderitanya.
Meskipun sepertinya tidak memiliki
kaitan, tetapi beberapa pakar percaya bahwa ada hubungan antara GERD dengan
peningkatan kecemasan. Namun, bagaimana hubungan itu terjadi, apakah itu
merupakan faktor fisik atau psikologis, masih belum begitu jelas. Untuk
mempelajari lebih lanjut tentang faktor medis GERD, silakan klik di sini. Jika
Anda juga ingin mengetahui tentang faktor psikologis dari kondisi ini, silakan
menyimak ulasan berikut.
Mengenal GERD dan Berbagai Faktor Pemicunya
Dalam sistem pencernaan, organ lambung
yang terletak di perut bagian kiri atas, memiliki tugas untuk mencerna makanan
yang masuk dari kerongkongan. Di dalam lambung, ada cairan asam yang berfungsi
memecah makanan dan mengubahnya menjadi protein, melalui enzim pencernaan
(pepsin). Asam lambung memiliki kadar keasaman (pH) di angka 1,5 hingga 3,5.
Guna menjaganya tetap tetap stabil agar tidak merusak lapisan dalam lambung,
sel-sel lambung akan memproduksi ion bikarbonat (HCO−3), senyawa yang membantu
menetralisir kadar asam lambung. Namun, ketika kadar keasaman cairan asam
lambung tidak stabil dan meningkat, ini bisa memicu “refluks asam”, yaitu
naiknya isi lambung kembali ke kerongkongan. Asam lambung yang kembali ke atas
melewati otot sfingter esofagus, sebuah katup melingkar yang bertugas mencegah
asam dari lambung untuk tidak kembali ke kerongkongan, yang melemah. Kondisi
ini dapat menyebabkan rasa nyeri atau sensasi terbakar (heartburn).
Dokter sedang memeriksa pasien yang mengalami gejala GERD |
GERD adalah refluks asam yang terjadi secara berulang dan konsisten. GERD bisa disebabkan oleh beberapa hal, baik karena kondisi yang sudah diderita maupun faktor luar, seperti makanan dan gaya hidup. Beberapa penyebab termasuk:
- Menderita kondisi kongenital (kelainan bawaan), seperti penyakit jaringan ikat, hernia hiatus, atresia esofagus (tidak sempurnanya bentuk kerongkongan sejak bayi), atau gastroparesis (lambung yang tidak dapat mengosongkan makanan dengan benar).
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat asma, obat penenang (benzodiazepin), obat antidepresan, obat penghambat kalsium/calcium inhibitor (seperti nifedipin dan verapamil), obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), atau obat Terapi Hormon (HT).
- Mengalami obesitas (kelebihan berat badan).
- Wanita yang sedang dalam masa kehamilan.
- Memiliki pola makan yang buruk, tidur terlentang setelah makan (sehingga dapat melemahkan otot sfingter esofagus), makan secara terburu-buru, atau sering mengonsumsi makanan cepat saji.
- Memiliki gaya hidup tidak sehat, seperti suka merokok, sering minum alkohol, atau minuman berkarbonasi (bersoda).
Ketika seseorang menderita GERD, biasanya akan merasakan beberapa gejala seperti di bawah ini:
- Sensasi perih/panas di dada dan perut
- Rasa pahit di mulut
- Nyeri ulu hati
- Mual
- Sulit menelan
Hubungan Antara Kecemasan dan GERD
Cemas berlebih bisa jadi pemicu GERD |
Selain faktor fisik, GERD juga ternyata
bisa dipengaruhi oleh faktor psikologis, yaitu kecemasan yang berlebihan.
Kecemasan sendiri merupakan bagian alami dari perjalanan hidup semua orang.
Seseorang bisa “cemas” saat menghadapi situasi-situasi tertentu, seperti ketika
sedang wawancara kerja, menjelang ujian, sebelum membuat keputusan penting, dan
seterusnya. Di saat Anda merasa cemas, hal ini akan membuat tempo pernapasan
dan detak jantung semakin cepat, sehingga aliran darah akan terpusat pada otak.
Respons fisik alami ini sebenarnya dapat membantu Anda menghadapi situasi yang
menegangkan. Hubungan antara rasa cemas dengan muncul atau memburuknya kondisi
GERD sudah diteliti sejak beberapa tahun ke belakang.
Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh
Kessing dkk., pada 2015. Hasil studi mereka mengatakan bahwa rasa cemas
penderita GERD akan semakin tinggi seiring dengan tingkat keparahan gejalanya,
seperti nyeri ulu hati (tetapi tidak termasuk regurgitasi dan rasa asam di
mulut).
Selain itu, sebuah studi yang dilakukan
oleh Channa dkk., pada 2019, juga menyatakan hal serupa. Orang dengan GERD
memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi. Namun, temuan studi
tersebut tidak mendapati dengan jelas apakah nyeri ulu hati (salah satu gejala
GERD) adalah faktor yang meningkatkan kegelisahan mereka.
Penelitian lain, yang dilakukan oleh
Choi dkk., pada 2018, menyatakan jika orang yang memiliki tingkat kecemasan
tinggi, lebih berpotensi menderita GERD. Ini karena adanya hubungan antara otak
dan saluran pencernaan. Stres dan emosi dapat memengaruhi fungsi saluran
pencernaan, dan sebaliknya, kondisi organ-organ pencernaan juga dapat
memengaruhi emosi seseorang. Konsep ini berlaku pula bagi penderita GERD.
Kesimpulan
Meskipun para peneliti belum memahami
sepenuhnya hubungan antara GERD dan tingkat kecemasan, tetapi perlu diingat
bahwa rasa cemas dapat memicu atau memperburuk gejala gangguan saluran
pencernaan ini. Namun, jangan khawatir, karena GERD adalah kondisi yang bisa
ditangani. Pengobatan medis dan perubahan gaya hidup dapat sangat membantu
melawan masalah tersebut. Jika diperlukan, serahkan saja perawatan GERD Anda
pada dokter spesialis GERD berpengalaman di klinik Alpine Surgical Practice,
Singapura, dengan membuat janji temu melalui telepon (+65 6322 7323) atau
WhatsApp (+65 8875 0080).